29 Maret, 2011

Dali Amiruddin Bicara Tentang Kulit


Terpaan sinar matahari tak hanya bermanfaat bagi kulit manusia, tapi juga sebaliknya. Bila terpaan matahari berlebihan dapat menyebabkan tumor kulit dan tumor ganas.Mereka yang kerap terpapar sinar matahari menurut Prof Dr dr Dali Amiruddin lebih rentan terkena tumor kulit maupun tumor ganas. Seperti nelayan, petani, marketing dan pekerjaan lain yang sering berada di luar ruangan.

"Tumor jinak ini bisa mengenai siapa saja, baik anak-anak, remaja hingga orang tua. Beda dengan tumor yang ganas, lebih banyak terkena orang dewasa atau orang tua," ujar Dali, yang juga bertugas di RS Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Makassar, saat ditemui Fajar, Selasa 24 Noveber.

Lebih lanjut dijelaskan Dali, selain orang yang terpapar matahari, tumor jinak juga bisa mengancam siapa saja. Sebab, sifat penyakit ini tidak bergantung pada jenis pekerjaan. Meski demikian, tumor kulit jinak masih dapat disembuhkan. Penanganannya pun beragam tergantung jenis tumornya.

"Penanganannnya macam-macam. Bisa disuntik, diberikan obat saja, diangkat dengan operasi atau dengan cara dilaser," terang dokter asal Kabupaten Sidrap ini. Namun, kata dia, bukan berarti tumor jinak tidak bisa berubah menjadi ganas. Tumor kulit yang jinak, jika dikorek-korek terus bahkan hingga berdarah lama kelamaan bisa menjadi ganas.

Untuk itu dia menyarankan, jika terjadi perubahan atau kelainan pada kulit seperti bercak-bercak, benjolan-benjolan kecil maupun besar segera memeriksakan diri ke rumah sakit atau tempat-tempat praktik dokter lainnya. "Dengan penanganan dini dan pengobatan yang tepat, tumor kulit bisa diatasi. Asalkan cepat memeriksakan diri ke dokter ahli kulit," ujarnya. (*)

Alimuddin Unde: “Masyarakat Bisa Menjadi Pembuat Berita”


Crew IKM.Bertempat di Gedung Rektorat lantai II Universitas Hasanuddin Makassar, Selasa (21/12/10), Andi Alimuddin Unde membacakan pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap pada disiplin ilmu komunikasi massa. Dalam pidatonya, Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi UNHAS itu menyebutkan bahwa pengalaman di masa lampau (masa orde baru), menunjukkan bahwa media massa di Indonesia berada dalam posisi tidak berdaya dari tekanan-tekanan kepentingan pihak penguasa dan pengusaha media massa. Tekanan-tekanan ini, dengan alasan demi stabilitas nasional dan kepentingan pembangunan ekonomi, membuat media massa cenderung untuk berorientasi pada kepentingan pemerintah dan pemilik modal dengan mengabaikan kepentingan khalayak.

Menurutnya, fungsi pengawasan atau kontrol sosial dari media, terutama untuk melakukan kritik dan menyatakan beda pendapat tentang kebijakan yang diambil pemerintah dalam pembangunan bangsa cenderung menurun, bahkan boleh dikata sama sekali tidak ada. Perjuangan media massa adalah perjuangan hak azasi manusia untuk mendapatkan informasi yang layak, dan berani mengajukan pendapat yang berbeda.

Suami dari Andi Husbawaty Mallanti itu mengatakan bahwa dalam konteks yang lebih jauh, masyarakat bisa melakukan aksi boycott untuk tidak membeli surat kabar, atau memindahkan saluran TV jika isinya tidak berkenan sebagaimana biasa dilakukan di negara-negara yang maju demokrasinya. Selera kita untuk memakai komunikasi massa secara mekanistik terkadang sudah di luar batas. Ada kesan komunikasi massa dipandang memiliki semacam kekuatan yang aneh dan hampir gaib untuk mengendalikan orang lain, termasuk sebagai alat dengan keyakinan yang naif dapat mengendalikan dan mempengaruhi penerima di luar kehendak mereka.

Dalam kondisi yang demikian, lanjut putra kelahiran Sidrap 18 Januari 1962 itu, media massa dijadikan sebagai corong negara oleh sekelompok penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya dan mempertahankan status quonya. Paradigma ini telah mengilhami pendekatan komunikasi massa di Indonesia pada masa orde baru, misalnya pemerintah menginginkan agar media massa berfungsi sebagai sarana pemeliharaan integritas bangsa dan negara, sarana pemeliharaan kestabilan politik, dan lain-lain. Sementara pada sisi lain, masyarakat (khalayak) mengharapkan media massa bisa berfungsi sebagai sumber informasi yang dipercaya, sarana pengetahuan dan budaya, dan semacamnya.

Almunus SMA 1 Rappang itu selanjutnya memaparkan bahwa realitas tersebut membawa media massa pada posisi yang sangat dilematis, yakni berhadapan dengan berbagai benturan kepentingan. Kerena itu untuk menjaga kelangsungan hidupnya, apakah ia sebagai lembaga ekonomi, saluran aspiratif, atau secara ideal sebagai media perjuangan keadilan dan kebenaran, media massa harus bisa memelihara keseimbangan di antara berbagai benturan kepentingan tersebut. Jika media massa mengutamakan kepentingan dominant class maka ia akan ditinggalkan oleh khalayaknya yang menentukan hidup matinya usaha tersebut. Sebaliknya, jika ia mengutamakan kepentingan khalayaknya dengan mengabaikan dominant class maka bisa jadi, ia akan dikenai tindakan hukum.

“Paradigma lama studi komunikasi memang memandang proses komunikasi melalui media massa bersifat linear dan mekanistik. Tapi praktik dan penelitian ilmiah dalam bidang komunikasi dikemudian hari membuktikan, bahwa paradigma komunikasi yang demikian dan bertengger lebih dari setengah abad itu-kini sudah berlalu” ujarnya.

Ditambahkan pula, “Proses komunikasi sekarang berlangsung sangat interaktif, canggih dan dinamis. Konseptualisasi tersebut bisa dilihat dalam kasus pemilikan media, dimana pemegang modal bisa mengendalikan opini publik dan memaksanakan kehendaknya pada alam pikir pembaca atau pemirsa. Tapi disatu sisi masyarakat bisa saja memutar-balikkan peranannya menjadi penentu informasi dalam bentuk pembuat berita (citizen journalism), komentator, provokator, pengamat dan sekaligus sebagai pemanas situas

Agus: Politik Seperti Olahraga

Crew IKM -- Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu'mang, menyatakan politik adalah sebuah pilihan. Karena itu, setiap orang yang memilih terjun dalam dunia politik supaya tidak ada rasa takut sedikitpun. Malah, Agus mengakui, baginya, politik sudah seperti olahraga.

"Politik bagi saya seperti olahraga. Dimana ada yang kalah dan menang. Tetapi, itu biasa bagi saya. Kalau tidak mau kalah, maka jangan berpolitik," kata Agus, saat memberi sambutan pada Maulid Nabi Muhammad saw yang digelar Ikatan Kekerabatan Masyarakat (IKM) dan Ikatan Sarjana Asal (ISA) Sidrap di aula serba guna Universitas Fajar (Unifa) Jalan Racing Centre, malam tadi.

Menurut Agus, karena politik sudah menjadi sebuah pilihan baginya, maka dia tidak akan pernah menyakiti lawan politiknya. Sebab, kata dia, dalam politik bisa saja teman jadi lawan dan sebaliknya lawan menjadi teman.

Karena dalam politik yang abadi adalah kepentingan. "Nah, saat ini bisa saja bersama. Tetapi, siapa sangka kalau nanti akan berpisah. Yang penting, tali silaturahmi kita jangan pernah putus," ucap Agus yang disambut applaus para undangan.

Selain menyinggung soal politik, Agus juga memaparkan tentang keuntungan musim hujan bagi Sulsel. Sebab, produksi pertanian dan perkebunan menjadi lebih baik. Terutama Sidrapyang merupakan daerah penghasil beras. Dimana, dengan musim hujan panen menjadi dua kali.

Selain maulid, juga dilaksanakan pelantikan pengurus Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (IPMI) Sidrap periode 2011-2013 yang dilakukan Kepala Bappeda Sidrap, Andi Ikhwan Bangsawan. IPMI periode ini dipimpin Suardi Laupe.

Sejumlah tokoh masyarakat Sidrap hadir pada maulid malam tadi. Di antaranya, Prof Dr Alimuddin Unde, Tahir Kasnawi, Opu Sidik, dan Muhammad Akbar. Tampil sebagai pembawa hikmah maulid, Ustaz Abdul Rahman Qayyum.

Dalam hikmah maulid yang disampaikan, Rahman menyinggung soal mahasiswa yang terlalu lama kuliah dan menggantungkan hidupnya dari proposal. "Mestinya mengedepankan intelegensi agar dapat menjadi orang yang berguna. Tidak perlu sampai berlama-lama kuliah,