05 April, 2011

Siswa Jangan Depresi Hadapi UN


Crew IKM_Sidrap. Dinas Pendidikan (Disdik) mengingatkan kepada sekolah yang ada di Sidrap, untuk melakukan berbagai upaya pada siswanya guna menghindari depresi mental sebelum UN 2011 berlangsung, melalui motivasi dan keyakinan diri.
Kepala Disdik Sidrap, Drs H Syahruddin HT EDm melalui Kabid Dikdas, Drs Mikhdar Mahmuddin MPd di kantornya kemarin mengatakan, persoalan mental menghadapi ujian nasional (UN) yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini, membutuhkan persiapan oleh siswa utamanya persiapan mental," katanya. "Persiapan mental merupakan persoalan mendasar yang harus dimiliki siswa dan harus menjadi perhatian khusus bagi sekolah, sebelum UN berlangsung," kata-nya. Mikhdar menyebutkan, sejak UN diterapkan, kerap ditemukan persoalan psikologis pada siswa, dan menjadi penyebab merosotnya prestasi peserta didik saat menghadapi UN. Tak jarang, peserta UN justru menganggap UN seperti momok menakutkan dalam sistem pendidikan yang ada. Akibatnya, jelas saja berimbas pada hasil UN yang jauh berbeda dari prestasi dan kemampuan kognitif siswa di sekolah. Ia mengatakan, UN hanya sebuah metode untuk mengukur pencapaian belajar siswa selama mengenyam pendidikan di sekolah. "UN tidak ada bedanya dengan Ebtanas. Yang menjadi persoalan justru ketika siswa menganggap UN adalah beban, sehingga persiapan yang dilakukan siswa, sertamerta terpuruk ketika UN berlangsung," katanya. Ia menjelaskan, pada ujian nasional 2011 benyak perubahan mendasar pada penilaian kelulusan, diantaranya penggabungan nilai sekolah dengan nilai UN dan penentuan kelulusan yang dilakukan berdasarkan keputusan dewan guru. "Sebelum proses pernyataan kelulusan, sekolah, guru serta perserta didik harus memahami konsep kelulusan yang telah ditentukan berdasarkan Permendiknas nomor 45 tahun 2010, baik runtutan kegiatan ujian sekolah maupun teknis pelaksanaan dan penilaian UN," katanya. Ia meyakini, jika di awal pelaksanaannya, siswa telah siap mental, bisa dipastikan hal itu membantu siswa lebih teliti dan percaya diri terhadap kemampuannya, tidak mengandalkan `jimat` maupun contekan teman. Selain itu, ia menekankan kepada sekolah-sekolah di Sidrap, dengan sisa waktu yang ada itu, dimanfaatkan untuk menuntaskan target kurikulum serta mengotimalkan daya serap siswa, khususnya terhadap mata pelajaran yang diujinasionalkan. Disamping itu, peran orang tua untuk meningkatkan pengawasan terhadap anak didik sangat diharapkan. Orang tua diminta untuk memperketat waktu bermain anak didik. "Jangan sampai saat UN berlangsung, banyak siswa yang tidak bisa mengikuti UN lantaran sakit dan kecelakaan, untuk itu peran orang tua cukup besar untuk mensukseskan UN tahun ini," katanya.

Kepala SMPN 3 Baranti Terancam Dicopot

Crew IKM-Sidrap. Pahmi Idris, Kepala SMPN 3 Baranti, terancam dicopot dari jabatan. Informasi yang dihimpun di kantor Dinas Pendidikan (Disdik) Sidrap, Senin 4 April menyebutkan, surat usulan pencopotan Pahmi sudah diajukan kepada Bupati Sidrap, H Rusdi Masse.
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Disdik Sidrap, Mikhdar Mahmuddin yang dihubungi di ruang kerjanya, membenarkan hal itu. Mikhdar yang tak lain adalah manajer BOS Kabupaten Sidrap ini mengatakan, surat rekomendasi usulan pencopotan Pahmi Idris tersebut sudah diajukan kepada Sekkab dan Bupati untuk ditindaklanjuti. Dia juga tak menepis dugaan keterkaitan Pahmi Idris dengan temuan pelanggaran dana BOS yang terjadi di SMPN 2 Rappang semasa Pahmi masih bertindak selaku pimpinan di sekolah itu. "Kalau tidak salah pelanggaran dana BOS 2008-2009," beber Mikhdar. Pahmi memang pernah menjabat sebagai Kepala SMPN 2 Rappang, Kecamatan Panca Rijang, Sidrap

Panen Perdana Pembenihan Modern Fajar Agribisnis


Crew IKM- Sidrap. Teknologi pertanian modern yang dikembangkan Yayasan Fajar Agribisnis Sulawesi di lokasi Pembibitan SUT Rappang Sidrap memperlihatkan hasil yang maksimal.
Dengan sentuhan mekanisasi pertanian modern asal Taiwan, produksi padi di lokasi seluas 6 hektare ternyata mampu menghasilkan produksi padi hingga 11,3 ton per hektare. Itu berarti, ada peningkatan sekira 3-4 ton per hektare dibanding sistem pembibitan yang selama ini digunakan petani pada umumnya. Direktur Yayasan Fajar Agribisnis, H Syamsu Nur mengatakan, dengan teknologi pembenihan dan penanaman teknologi Taiwan ini, umur pembibitan sampai panen hanya membutuhkan waktu 90 hari alias berkurang 10 hari dari umur dekriptif. Sesuai hasil ubinan pada lokasi panen, produksi padi yang dihasilkan dari pembenihan modern ini bisa meningkat 3-4 ton per hektare. Direktur Utama PT Media Fajar ini mengatakan, modernisasi pertanian ini membutuhkan cost yang berkisar Rp2 juta untuk sekali musim tanam, mulai pembenihan hingga penanaman. Di lokasi pembenihan modern itu, Fajar Agribisnis mencoba benih Wai Apoburu seperti yang banyak ditanam petani Sidrap. Bedanya, mulai pembenihan, hingga penanaman menggunakan teknologi modern. Keuntungan menggunakan mesin tanam adalah jarak tanam yang teratur. Selain itu, juga diberi perlakukan berupa pemberian zat asam amino pada bibit. Di lokasi ini, Yayasan Fajar Agribisnis juga mencoba menerapkan sistem pertanian dengan menggunakan sumber air buatan atau umur bor. Dia berharap, cara ini bisa diikuti petani untuk menyiasati minimnya suplai air irigasi. Komisaris Utama PT Media Fajar, HM Alwi Hamu berharap, teknologi yang didatangkan khusus dari Negara Taiwan ini bisa memberi dampak positif bagi sektor pertanian di Sidrap. "Tak bisa dipungkiri, jika sistem pertanian yang digunakan petani Sidrap masih sangat tertinggal dibanding negara-negara lain yang menjadi penghasil beras, seperti Taiwan, Thailand bahkan Vietnam," ujarnya. Dengan teknologi ini, kata mantan koordinator staf khusus wapres itu, pembibitan sampai penanaman bisa dilakukan efektif dan efisien. Ke depan, kata Alwi Hamu, Balai Benih dan Pembibitan Modern Fajar Agribisnis akan mencoba untuk melakukan 2-3 kali musim tanam dengan setahun. Asumsinya, penerapan teknologi yang digunakan saat ini selain bisa meningkatkan produksi padi juga bisa mempercepat umur tanaman. "Jika mulai pembibitan hingga panen kita hanya butuh waktu sekira 110 hari, maka kemungkina besar, kita bisa melakukan penanaman dan panen selama tiga kali setahun," katanya. Wakil Bupati Sidrap, H Dollah Mando turut merespons teknologi pertanian modern ini. Khususnya dalam mengatasi krisis air yang terjadi saat ini. "Penggunaan sumur bor untuk menunjang pertanian akan sangat membantu. Apalagi, hasilnya sudah kita lihat di lokasi pembenihan milik Fajar Agribisnis ini," ujarnya saat menghadiri panen perdana, kemarin. Selain faktor ketersediaan air, peningkatan produktivitas juga sangat ditunjang jarak tanam. Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nu'mang yang juga hadir saat panen perdana menilai, mekanisasi pertanian yang diterapkan Fajar Agribisnis merupakan yang pertama di Sulsel, bahkan di Indonesia. "Ini akan sangat menguntungkan sektor pertanian di Sidrap," tandasnya.

SILSILAH LA PAKERRANGI PETTA PABBICARA SIDENRENG

Crew IKM-Sidrap. Inilah Silsilah Pertuanan Tanah Sidenreng. LA PANGURISENG Dan LA TOACALO Dua Orang Sebapak Seibu Yang Menurunkan Bangsawan Lapisan Teratas Negeri Sidenreng
Patturung Wija Dewata Mappideceng ri Tau MaegaE'

LA PAKERRANGI Petta Pabbicara Sidenreng (1870-1917) adalah anak dari LA RUMPANG Petta Manyoro'E Sidenreng, dari istrinya yang bernama I TEMMALALA, putri LA PAKKAMPI' Arung Amparita, LA PAKKAMPI' putra dari LA PADAPI Arung Amparita. LA RUMPANG adalah anak dari TOACALO Arung Maiwa, dari istrinya yang bernama I TENRI Arung Tempe. TOACALO bersaudara dengan LA PANGURISENG Addatuang Sidenreng X, TOA PATUNRU Karaeng Beroanging, LA CINCING Arung Matowa Wajo, dan ISKANDAR MANUJENGI Petta Pilla'E ri Wajo. Mereka berlima adalah anak dari MUHAMMAD ARSYAD Petta Cambang'E Arung Malolo Sidenreng, dari istri yang bernama I NOMBA' Datu Pammana. MUHAMMAD ARSYAD adalah Anak Mattola (Pewaris Tahta) dari LA WAWO Addatuang Sidenreng IX, yang rangkap jabatan sebagai Arung Tempe, Arung Maiwa, dan Arung Berru X, dari Permaisurinya I BOMBENG Karaeng Baine'A, adik perempuan I MAPPAURANGI SULTAN SIRAJUDDIN Tumenanga ri Pasi (1735) Sombaya ri Gowa XXI dan XXIII. LA WAWO adalah anak dari TO APPO Addatuang Sidenreng VIII dan Arung Berru VIII, dengan istrinya I TUNGKE Arung Tempe. TO APPO anak dari TOAGEMETTO Arung Ajjaling Petta Ponggawa Bone dengan istrinya I RUKKIAH Karaeng Kanje'ne Addatuang Sidenreng VI, yang merangkap Arung Berru VII, putri dari LA MALLEWAI Addatuang Sidenreng V, dan Arung Berru V. TOAGEMETTO adalah anak dari TOANCALO Petta Ponggawa Bone. TOANCALO adalah anak dari LA MADDAREMMENG Arungpone XIII Matinroe ri Bukaka (1625-1646), dari istrinya ARUNG MANAJENG. Dari istrinya yang bernama ARUNG PANGI, LA MADDAREMMENG mempunyai anak yang bernama LA PAKOKKOE TO ANGKONE TADAMPALIK Arung Timurung dan Ranreng Towa Wajo. LA PAKOKKOE adalah suami dari WE MAPPOLOBOMBANG adik kandung dari Batara Tungke'na Tana Ugi ARUNG PALAKKA Petta Malampe'E Gemmena Arungpone XV. Dari perkawinan merekalah terlahir putera yang kelak mempersatukan kerajaan2 besar di tanah Bugis dan Makassar dalam satu ikatan darah, yaitu LA PATAU MATANNA TIKKA Arungpone XVI.

Adapun susunan Putra/Putri/Cucu, LA PAKERRANGI & I TANGKUNG PUATTA RI AMPARITA (istri), sbb:

1. ANDI INDAL FATARAH, meninggal waktu kecil.
2. ANDI BINAONG, meninggal waktu kecil.
3. ANDI BATURIYAH, ayah dari ANDI TUNGKE.
4. ANDI SULOLIPU, Petta Pabbicara Amparita, Ayah dari :
- ANDI MAPPAWEKKE, Kepala Pemerintah Swapraja Sidenreng.
- ANDI SENNANG,
- ANDI MAPPAROLA,
- ANDI ISMAEL,
- ANDI CAMMING,
- ANDI MAHMUD,
- ANDI BULAENG,
- ANDI SOHRA,
- ANDI HATTA.

5. HAJI ANDI NURUDDIN, Petta Kadhi Sidenreng Arung Otting, Adalah ayah dari :
- ANDI RUMPANG,
- ANDI HADIJAH,
- ANDI ATTIRA,
- ANDI SUNGGU,
- ANDI TONRA,
- OPU SIDIK, Bupati Sidrap, 2 periode, (1978 s/d 1988)
- ANDI ABD. SAMAD.
- ANDI SURIAH.

6. HAJI ANDI TJAMBOLANG, Petta Sulewatang Mallusetasi, Adalah ayah dari :
- ANDI SIANGLIPU,
- ANDI LATEKO,
- ANDI SADDADE,
- ANDI TADJUDDIN,
- ANDI SUHRIAH,
- ANDI KARTINI,
- ANDI TJA, Ex. Anggota DPRD Sulsel, 3 periode.
- ANDI CABUBENG, dan...
- ANDI MAKMUR.

7. HAJI ANDI ABU BAKAR. Adalah ayah dari :
- ANDI ADAM,
- ANDI BAHARUDDIN,
- ANDI SIANGKA,
- ANDI HALLANG,
- ANDI SARRA, dan
- ANDI DEGONG. Ex. anggota DPRD Pare-pare.

8. ANDI TAKKO (Perempuan), Ibu dari :
- ANDI MUTIA TOJA,
- ANDI ISKANDAR, Petta/Arung Amparita.
- ANDI PATINGELLE

SILATURRAHMI KELUARGA BESAR LA PAKERRANGI PETTA PABBICARA SIDENRENG

Silaturrahmi Keluarga Besar La Pakerrangi Petta Pabbicara Sidenreng, telah terlaksana pada hari Minggu, 29 November 2009. Berlangsung di Saoraja Bola Lampe'E, Amparita, Sidrap. Adapun keputusan dari Silaturahmi Keluarga Besar La Pakerrangi, adalah:
1. Berdirinya Yayasan La Pakerrangi Petta Pabbicara Sidenreng, yang diketuai oleh Haji Andi Ranggong (Bupati Sidrap, 2003-2008).
2. Reuni keluarga besar ini akan menjadi agenda tahunan, dan dilaksanakan setelah Lebaran Idul Adha.
3. Saoraja Bola Lampe'E (Milik Andi Sulolipu) dan Saoraja Mamminasae (Milik La Pakerrangi), ditetapkan sebagai "Monumen Sejarah" Keluarga Besar La Pakerrangi, dan merupakan "Rumah Bersama" yang harus dilestarikan.

Silaturrahmi dihadiri oleh: Haji Opu Sidik, Haji Andi Ranggong, Andi Sukri Baharman (Ketua DPRD Sidrap), Haji Andi Baharman, Haji Andi Insan P. Tanri, Keluarga Besar Andi Sulolipu, Haji Andi Nuruddin, dan Haji Andi Tjambolang, serta tokoh2 masyarakat se-Amparita.

Harga Minyak Dunia "Tajuddin Angkat Bicara"

Crew IKM Sidrap. HARGA minyak dunia yang melonjak dan dampaknya terasa ke Indonesia, dinilai salah satu bentuk kegagalan manajemen bangsa. Betapa tidak, Indonesia salah satu negara penghasil minyak. Pemerintah seharusnya mengambil langkah membuat aturan dan kebijakan yang berdimensi sejak dahulu. Bukan setiap tahun menggelar rapat untuk kenaikan harga atau subsidi BBM akibat dampak kenaikan harga minyak secara internasional.

Tajuddin Parenta mengemukakan hal itu saat tampil sebagai pemateri dalam dialog publik tentang kenaikan harga minyak dunia dan dampaknya terhadap APBN di Gedung Iptek Universitas Hasanuddin, Sabtu, 19 Maret. Dikatakan Tajuddin, masalah fosil oil sangat dipengaruhi oleh menipisnya cadangan minyak fosil dunia serta beberapa faktor, seperti permintaan yang terus meningkat. Ketidakseimbangan konsumsi dan produksi (discoveriess) amat sensitif terhadap berbagai instabilitas, sementara energi substitusi belum berkembang untuk segera menggantikan energi fosil.

“Kalau negara ini ingin menerapkan gerakan nasional hemat energi maka harus dilakukan pemanfaatan budaya paternalistik,” tutur Tajuddin. Solusi jangka pendek, imbuhnya, dapat dilakukan dalam bentuk menaikkan harga BBM dalam negeri dengan tetap mewaspadai dampak inflator, memperhatikan pemberian subsidi BBM, lifting produksi dalam negeri ditingkatkan dengan menghilangkan sejumlah hambatan dalam produksi dan distribusi. Untuk kebijakan jangka panjang, pemerintah perlu melakukan konservasi non terbarukan dan sumber daya antarwaktu, kebijakan energi nasional tehadap industri dan transportasi, intensif dalam sumber energi alternatif, pemanfaatan budaya paternalistik, dan koordinasi secara riil antara lembaga di tingkat pusat dan daerah.

“Gerakan budaya hemat energi harus dimulai dari pemerintah dan DPRD agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat. Hanya saja, gerakan pemerintah selama ini selalu lambat dan gagal,” tegasnya.

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Harry Azhar Aziz menjelaskan, perkembangan harga minyak dunia memang perlu terus diwaspadai. Pengaruhnya sangat signifikan terhadap APBN. Harga minyak yang telah menembus USD100 per barel secara langsung juga akan meningkatkan biaya produksi barang dan jasa serta beban hidup masyarakat. Pada akhirnya, memperlemah pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga minyak juga berpotensi menjadi petaka karena kenyataannya Indonesia saat ini sudah menjadi negara pengimpor minyak. “Pemerintah perlu menyiapkan sejumlah kebijakan antisipasi,” cetusnya, kemarin.

Kendati Indonesia telah menjadi net importir minyak, disadari bahwa pergolakan harga minyak dunia tidak hanya akan berdampak pada sisi pengeluaran, yakni subsidi BBM, tapi juga memiliki dampak terhadap penerimaan negara. Makanya, perlu koordinasi dan sinergi dengan kebijakan moneter dalam mengendalikan nilai tukar. Keberanian pemerintah dalam menjalankan berbagai program terkait dengan road map subsidi listrik dan minyak juga akan menentukan pertahanan tingkat defisit sebesar 1,8 persen terhadap PDB.

“Pemerintah seharusnya tidak tarik ulur setelah adanya dukungan DPR terhadap pelaksanaan program pembatasan konsumsi minyak subsidi

Suku Ogi'e Sidenreng-Rappang dari Asal Kata addattuang


<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

Suku Bugis merupakan suku yang tergolong ke dalam suku-suku Deutero-melayu, atau Melayu muda. masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata ‘Bugis’ berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan ‘ugi’ sendiri merujuk pada nama raja pertama kerajaan Cina (bukan negara Tiongkok, tapi salah satu daerah yang terdapat di jazirah Sulawesi Selatan tepatnya Kecamatan Pammana Kabupaten Wajo saat ini) yaitu La Sattumpugi.

Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang/pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayahanda dari Sawerigading.

Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar didunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk Banggai, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.

Dalam perkembangannya, komunitas ini berkembang dan membentuk beberapa kerajaan lain. Masyarakat Bugis ini kemudian mengembangkan kebudayaan, bahasa, aksara, pemerintahan mereka sendiri. Beberapa kerajaan Bugis klasik dan besar antara lain Luwu, Bone, Wajo, Soppeng, Suppa dan Sawitto (Kabupaten Pinrang), Sidenreng dan Rappang. Meski tersebar dan membentuk etnik Bugis, tapi proses pernikahan menyebabkan adanya pertalian darah dengan Makassar dan Mandar. Saat ini orang Bugis tersebar dalam beberapa Kabupaten yaitu Luwu, bone, Wajo, Soppeng, Sidrap, Pinrang, Sinjai, Barru. Daerah peralihan antara Bugis dan Makassar adalah Bulukumba, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan. Daerah peralihan Bugis dengan Mandar adalah Kabupaten Polmas dan Pinrang.

Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir, maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu masyarakat Bugis juga mengisi Birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang pendidikan.

Konflik antara kerajaan Bugis dan Makassar serta konflik sesama kerajaan Bugis pada abad 16,17,18 dan 19, menyebabkan tidak tenangnya daerah Sulawesi Selatan. Hal ini menyebabkan banyaknya orang Bugis bermigrasi terutama didaerah pesisir. Komunitas Bugis hampir selalu dapat ditemui di daerah pesisir di nusantara bahkan sampai ke Malaysia, Filipina, Brunei dan Thailand. Budaya perantau yang dimiliki orang Bugis didorong oleh keinginan akan kemerdekaan.